Megaremmeng Daviatul Umam naiklah tubuhmu ke pungkur kuda putih bersayap rekah melati mengepak, mengawang memapas gelegar badai memapah pitutur adirasa serta aji-aji para pitarah guruh kapal musuh kian terang dan garang membelah gemawan memangkas langkisau semakin dekat mata dempo awang meluncurkan panah api perang menoreh darah di dinding antariksa dari kepak kuda putihmu kilat-kilat berlesatan …
Ikhda Amelia Syahhadati : 2020 di atas panggung rasa lapang, Tuhanmu yang surga membelah kota-kota. mengatup bibir nasib yang menganga. menjelmakanmu serupa pengembara usia dengan keringat di tengkuk gala, dengan kesedihan-kesedihan yang bersarang di mata. kini ringkih tubuhmu dipenuhi rambu-rambu sebagai tanda peringatan saat aroma kesepian menjadi wewangian saban meniti kehidupan. namun kau masih …
Arif Billah :Untuk Mbah Jo Bapak menggali cekung tulang rusuknya sendiri membenamkan setangkup semesta dalam dada berharap doa tumbuh rimbun di sepetak kebun berbuahlah nyata putra dengan mata menyala agar saat gulita tiba, bapak tak sendiri lagi di gubuknya kemarau menjerang tubuh tua bapak dengan urat menyemburat, bapak masih kuat mencangkuli retak tanah leluhur yang …
Budi Saputra Sesekali tidaklah lembing tajam itu ingin melumpuhkan hentakan kakimu. Dan sesekali tidaklah medan pasola itu ingin meredupkan cahaya matamu di depan orang-orang Marapu. Barangkali hanyalah kesuburan tanah dari darah penunggang yang tercurah ingin menjelma kelenjar susu. Begitu masyhur khasiat mujarabnya sebagaimana dulu minyak cendana bagai seorang gadis memancarkan keharuman di hamparan tanah kering. …
Rialita Fithra Asmara Laki-laki: Dadanya adalah rumah Tangannya adalah sapu tangan Matanya adalah hujan Kakinya adalah tongkat Bibirnya tercipta dari udara pagi hari Pikirannya adalah lautan tubuhnya adalah tanah tempat tumbuh rekah apa saja bicaranya adalah barisan logika Perempuan: Dadanya adalah baja Kuat menahan luka tak terkira tangannya matanya kakinya …
Rosdiana kita hidup dalam secangkir teh, sahabat air hangat gula satu teh sahaja di sampingnya ada piring berisi seru dan seteru biasanya itu berbentuk putu di sebelah kiri ada setumpuk lembar emosi satu-satu kita bermusuhan dua-dua kita berteman hari ini kita isi meja, sahabat kamu si bersih beserta aku berlimpit-limpit dan bersatu di cangkir teh
Juniaro Tuhan memasang lampu di ujung jalan itu Di dekat jembatan yang menghubungkan rumah-rumah dengan sehamparan ladang Redup saja cahayanya tak terang Tuhan tak sedang iseng belaka Barangkali rumpun bambu yang menjulang, terlihat menakutkan jika malam menjelang Dan engkau selepas mengaji dari surau di seberang Seseorang dari kota sepulang berdagang Juga sanak saudara yang terlalu …
Candra Lesmana memukul mundur ingatan ke tujuh tahun silam kau menemukan sebongkah rahasia di dalam sana tersusun rapi bagai lembaran kertas fotokopi _dokumen yang menyimpan setiap janji yang tak kau tepati di hadapanmu kini buah cintamu tengah menunggu apa yang akan kau putuskan setelah mimpinya pecah dan tubuhnya kaku tanpa bahasa memukul mundur ingatan ke …
Elfis Ernado Lubis Rindu si anak rantau adalah sunyi jalan setapak, yang dilupakan para penjejak. Dari ceruk lembah menggigir tebing, mengeja detak waktu pada bebatu dan tanah kering. Dan seruak kenangan, menyalak dari geming sesemak Seperti asa yang menderas, dahulu, kala air mata emak mengalirkan risalah pada sumur-sumur tempatku menimba hidup Kesendirian si anak rantau …
Rialita Fithra Asmara Ia peta tanpa skala Tak mengenal bujur Tak mengenal lintang Ia peta berupa garba Kupanggul namamu yang kujelmakan dulu menjadi peta saat pusara merenggut teduh sepasang matamu dan tubuhmu …
