blog

Robi Hidayat

Puisi 05 Jan 2025

Fumie di Tanah Kubur

 

lempeng tembaga bernapas perlahan

wajahmu kristus meregang di bawah langkah

tanah retak menahan bisu tubuh

jejak mengaburkan terang di mata malam

iman meleleh seperti lilin yang dilempar ke api

 

salib tersungkur di atas lumpur

dan doa-doa tersangkut di tenggorokan batu

di atas air panas tubuh bercakap dengan luka

kata “murtad” berdarah dari bibir besi

tetapi mata mereka selalu memeluk langit

 

kubangan kotoran menjadi altar

menghisap hidup melepaskan roh

dan di sana rahasia rahim bumi menganga

setiap tangisan berubah menjadi seruling tak terdengar

salib di balik bayang-bayang

 

di lorong gelap tangan menggenggam bayangan roti

cahaya lilin menari di atas dinding batu

iman yang tersembunyi lebih keras dari pedang

kristus tetap hidup di tulang belakang

dan kematian menjadi suara sunyi

 

 

sebuah nama ditulis di udara

kakure kirishitan bisik mereka

tetapi langit tak mendengar

ketika bumi mengubah nyala menjadi arang

mereka menjadi debu yang tak mau pergi

 

lempeng itu masih mencatat setiap injakan

wajah yesus tak pernah hilang

di bawah langkah yang gemetar

terukir nyanyian yang tak pernah usai

iman yang tertanam dalam daging

 

setiap malam hujan mencium salib rahasia

di sudut tersembunyi nama mereka berbisik

kristus maria tanah tak pernah lupa

di atas tembaga dunia terbelah

lempeng itu memanggul dosa-dosa dunia

 

di nagasaki sejarah bernapas dengan dingin

tulang belulang membangun altar tersembunyi

di mana doa berdetak di urat tanah

lempeng itu bukan lagi sekadar logam

tetapi luka yang tak pernah padam

 

 

|| Medan

24/12/2024

Baca Lebih Banyak

Puisi

blog

Rosalia S. Omega Pitaloka

Kelahiran Peta Kematian

Puisi

blog

Darwanto

Ode Hutan Tropis

Puisi

blog

Fisabella Ayuning Putri Utami

Memeluk Dermaga

Puisi

blog

Ade Kurniawan

Sketsa Kematian Bapak

Puisi

blog

Keisha Hendrikchan

Hujan

Puisi

blog

Safinah Zahroh

Tetesan Sungai ‘Adn

Puisi

blog

Eva Listia

Kota Ibu

Puisi

blog

Salwa Maulida

PARASIT

Puisi

blog

Mutia Nasution

Corona Masih Jauh

Puisi

blog

Ratih Mukhtar

Kebahagiaan di Ruang Guru