Fumie di Tanah Kubur
lempeng tembaga bernapas perlahan
wajahmu kristus meregang di bawah langkah
tanah retak menahan bisu tubuh
jejak mengaburkan terang di mata malam
iman meleleh seperti lilin yang dilempar ke api
salib tersungkur di atas lumpur
dan doa-doa tersangkut di tenggorokan batu
di atas air panas tubuh bercakap dengan luka
kata “murtad” berdarah dari bibir besi
tetapi mata mereka selalu memeluk langit
kubangan kotoran menjadi altar
menghisap hidup melepaskan roh
dan di sana rahasia rahim bumi menganga
setiap tangisan berubah menjadi seruling tak terdengar
salib di balik bayang-bayang
di lorong gelap tangan menggenggam bayangan roti
cahaya lilin menari di atas dinding batu
iman yang tersembunyi lebih keras dari pedang
kristus tetap hidup di tulang belakang
dan kematian menjadi suara sunyi
sebuah nama ditulis di udara
kakure kirishitan bisik mereka
tetapi langit tak mendengar
ketika bumi mengubah nyala menjadi arang
mereka menjadi debu yang tak mau pergi
lempeng itu masih mencatat setiap injakan
wajah yesus tak pernah hilang
di bawah langkah yang gemetar
terukir nyanyian yang tak pernah usai
iman yang tertanam dalam daging
setiap malam hujan mencium salib rahasia
di sudut tersembunyi nama mereka berbisik
kristus maria tanah tak pernah lupa
di atas tembaga dunia terbelah
lempeng itu memanggul dosa-dosa dunia
di nagasaki sejarah bernapas dengan dingin
tulang belulang membangun altar tersembunyi
di mana doa berdetak di urat tanah
lempeng itu bukan lagi sekadar logam
tetapi luka yang tak pernah padam
|| Medan
24/12/2024
Baca Lebih Banyak