HIKAYAT LUKA RADEN SIDOPEKSO
Sumur tua di samping alun-alun kota
tampak sepi di pertengahan malam
hanya wangi tubuhmu mengguyur
rimbun pepohonan
dan tembok luka
seperti hujan yang menumbuhkan
kelopak bunga
Ada patahan hati bergelimpangan di sudut-sudut sunyi
gemetaran memukul malam
bayang-bayangmu tak henti-hentinya berkelebat
terperangkap di mataku
___Kalau bukan karena engkau Wahai Sri Tanjung
tak mungkin aku berlumuran airmata___
dan perihnya darah mengalir tepat di pemandianmu
menyulutkan kepedihan,
Serumpun rindu serunpun hujan di mataku
mengalir kecemasan menderas di dadaku
___Aku Raden Sidopekso akan terus mengejarmu
hingga kerikil-kerikil menumpuk menjadi hotel-hotel
di pinggir-pinggir pantai___
meski kau menceburkan diri di telaga lalu mewangi
aku akan tetap menatapmu tanpa kutukan.
Boom Banyuwangi, 18 Desember 2024
Baca Lebih Banyak