
HUJAN
Sore itu, aku memilih menutup telinga
Memanggik nama bapak kencang-kencang
Tetesan air jatuh dari ujung mata
Bapak memeluk anak itu erat
Hujan tidak pernah pelit
Tidak hanya datang ke halaman, tetapi ke pipiku
Sore ini, rintik gerimis membasahi rambut
Aku melamun di teras
Memandang tetesan air yang jatuh tiap detiknya
Angin selembut kain sutra menghampiri
Aku tidak bisa berhenti mengingat kembali kejadian itu
Tak akan kuulangi kesalahan di masa yang lalu
Tak mau dihantui rasa takut
Maka, belajar mencintai dan menjadikannya bagian dari dirimu
Diriku terpanggil untuk bergabung dengan keindahan mereka
Jiwaku menari bersama tetesan air yang berjatuhan
Ragaku memeluk erat tiap tetesan yang jatuh
Hujan memang tak pelit, bedanya kini air mataku sudah kering
Dan akhirnya, bersatu dengan hujan
Baca Lebih Banyak