blog

Keisha Hendrikchan

Puisi 01 Aug 2024

HUJAN

 

Sore itu, aku memilih menutup telinga 
Memanggik nama bapak kencang-kencang
Tetesan air jatuh dari ujung mata
Bapak memeluk anak itu erat
Hujan tidak pernah pelit
Tidak hanya datang ke halaman, tetapi ke pipiku

 

Sore ini, rintik gerimis membasahi rambut
Aku melamun di teras 
Memandang tetesan air yang jatuh tiap detiknya
Angin selembut kain sutra menghampiri

 

Aku tidak bisa berhenti mengingat kembali kejadian itu
Tak akan kuulangi kesalahan di masa yang lalu
Tak mau dihantui rasa takut
Maka, belajar mencintai dan menjadikannya bagian dari dirimu

 

Diriku terpanggil untuk bergabung dengan keindahan mereka
Jiwaku menari bersama tetesan air yang berjatuhan 
Ragaku memeluk erat tiap tetesan yang jatuh
Hujan memang tak pelit, bedanya kini air mataku sudah kering
Dan akhirnya, bersatu dengan hujan 

 

Baca Lebih Banyak

Puisi

blog

Rosalia S. Omega Pitaloka

Kelahiran Peta Kematian

Puisi

blog

Darwanto

Ode Hutan Tropis

Puisi

blog

Fisabella Ayuning Putri Utami

Memeluk Dermaga

Puisi

blog

Ade Kurniawan

Sketsa Kematian Bapak

Puisi

blog

Keisha Hendrikchan

Hujan

Puisi

blog

Safinah Zahroh

Tetesan Sungai ‘Adn

Puisi

blog

Eva Listia

Kota Ibu

Puisi

blog

Salwa Maulida

PARASIT

Puisi

blog

Mutia Nasution

Corona Masih Jauh

Puisi

blog

Ratih Mukhtar

Kebahagiaan di Ruang Guru