Parafrasa Reruntuhan
: Al Nakba 2/2024
mengunjungi puing-puing masjid dan gereja, kesedihan menghentak dada
masa depan tanpa dentuman meriam tertulis di langit lazuardi, barangkali
dengan bibir gemetar dan tangan sedingin kapak Ibrahim, kau berkata
: Palestina adalah kitab suci yang sobek di halaman pertama.
tanpa kusadari, airmata telah menciptakan sungai-sungai yang mengalir ke dadamu
di antara Ramallah dan Gaza, maut seperti manik-manik yang lepas
dari tasbih pendoa yang menolak berhenti berputar. udara bergetar. tanah kami bergetar
kupu-kupu dari besi menurunkan hujan api di kota kami siang-malam
jerit dan tangisan mengepung kesunyian sepanjang ledakan-ledakan
luka peluru membaluri abad-abad yang lewat, juga masa yang akan datang
kami tak punya peluang menulis sejarah baru. waktu hanyalah sekadar halaman buku
untuk mencatat nama-nama saudara kami yang terkubur di balik reruntuhan
berapakah usia dendam yang terpelihara rapi di kota seberang?
sampai kami menanggung kesedihan dan sejumlah dentum panjang
barangkali ini surga yang lain. di antara Laut Tengah dan Sungai Yordan
di antara puing-puing masjid dan gereja, kami kecup Palestina sepenuh jiwa
walau tak kami temukan matahari anggun atau bulan menggairahkan, di atap kamp
dan dengan kepalan tangan menahan dingin malam, kami hanya mampu berkata
: tuhan tak pernah mengedipkan mata dan kuasa mendengar tangis dunia yang merah padam
Studio Langitan, Desember 2024
Baca Lebih Banyak