Pesta Raya
Asap mengepul dari panci yang dijilat-jilat api.
Berpuluh-puluh panci siap berpesta
Air dijerang, sayur dirajang, bumbu dicincang
Bahan terbaik dicabut dari tanah pegunungan seberang samudera,
bahan langka di kebun belakang
Irisan daun bawang mengumbar warna,
wangi ginseng menebar aroma,
bawang putih pelezat rasa
Penggugah nafsu yang fana
Di dalam aula, sang tuan rumah berkaca
pada kristal-kristal yang membalas nakal kedipan mata
Mengagumi kesempurnaan hidup sembari membenahi jas dan dasinya
Menunggu tamu-tamu memandangnya bangga
Meja-meja ditata dengan aksen Eropa
Piring kristal dan sendok baja diselimut pita
Mahkota lettuce mekar bagai putri negeri es
Tomat merona di pinggir-pinggir sajian pembuka
Black truffle, foie gras dan keju
Di ujung lidah pesta tiba di menu utama
Honey glazed chicken, roasted lamb dan
beef with balsamic cream sauce
Terjang aroma di celah-celah dapur
Mencari mangsa
Berbaris masuk ke meja-meja
Menggeliat menjerat nafsu
Tamu-tamu kegirangan
Tuan rumah kembang kempis hidungnya
Seorang tamu menunduk di dadanya
Berdoa atas nikmat Sang Kuasa
Tiba-tiba daging di hadapannya terkelupas
Daging merah tersayat mengalirkan darah beku
Dan aroma busuk menusuk setajam pisau
Kilau sempurna hidangan istimewa
Berubah jadi kepala-kepala babi
Dan tikus-tikus bersisik
Yang berliur dan mengeluarkan nanah dari matanya
Tak ada yang melihat selain tamu yang membawa doa itu
Tubuhnya mendadak sekeras batu, mual seketika
Aneh, tak ada yang melihat apa yang ia lihat
di balik daging-daging itu
Wajah cantik dan tampan mengikhlaskan bibirnya
melumat daging-daging busuk
Lalu tertawa, lalu minum, lalu makan lagi
Tamu itu gemetar kakinya
Lalu memaksa pergi sebelum waktunya
Tak akan ada yang percaya, bisik kengerian di matanya
Semua tamu pulang dengan perut menggendut
Mengantongi daging-daging busuk di perutnya
Sang tuan rumah terkesima pada dirinya
Hingga tamu terakhir mengucapkan salam perpisahan
Lalu ia menutup pintu rumahnya, penuh kemenangan
Malam itu ia kembali menyusun rencana
Dari berkas-berkas yang menanti tandatangan
Beserta amplop-amplop gemuk
Menjarah uang haram yang mengalir di seluruh negeri
Melalui senyum dan kalimat manis
Yang munafik di ulu hatinya
Maka ia kumpulkan manusia-manusia setengah dewa
Menjadi sekutunya
Dengan berbagai agenda pesta yang akan membungkam mulut mereka
Malam itu ia tertawa dalam tidurnya, dalam mimpinya
Tak pernah ia tahu atau peduli
Di sudut gelap rumah yang ia jarah diam-diam
Satu persatu jiwa mati di ujung jalan
Dimakan kemiskinan yang melekat semakin dalam
Malam itu pesta datang lagi dalam mimpinya
Di atas kematian
Dan bayang kengerian di wajah
orang yang tahu tipu muslihatnya
Tapi tak mampu berbuat apa-apa
Baca Lebih Banyak