blog

Arief Syaifulloh

Puisi 05 Jan 2025

Tajali Mahkota Perak

 

Di remang senja yang mengarak malam,

ibu duduk menemukan tanganku,

meminta kutarik benang-benang perak

yang tersulam di mahkotanya.

“Cabutlah,” katanya,

seolah uban itu adalah dosa

yang tak pernah ia minta.

 

Aku patuh,

meski tiap helai yang tercerabut

mengiris relungku sendiri,

menyibak realita

tentang waktu yang tak dapat disangka,

akan pilar hidupku

yang perlahan dilahap usia.

 

Hari ini, aku menyulam lebih benang perak dari biasanya.

Setiap helai terasa seperti rahasia

yang enggan pasrah pada waktu,

benang-benang perak

yang tak pernah kusangka

akan mengisi mahkota ibuku.

 

Ia tersenyum,

seolah uban itu hanya angka pada almanak,

padahal aku tahu—

itu adalah bukti cinta yang terpahat

dalam terjaganya malam,

dalam doa-doa yang ia jalin

untukku, anaknya.

 

Tiap helai yang kusentuh

menggetarkan hatiku,

seperti menarik serpihan usiaku sendiri,

seperti menyadari,

bahwa ia menua demi melihatku berdiri tegap,

tanpa goyah oleh prahara dunia.

 

Ibu,

aku takut,

takut mahkota itu kian merapuh,

takut engkau tak lagi di sisiku

saat aku berhasil menaklukkan dunia.

 

Maka malam ini,

di bawah bumantara,

kutitipkan doa kepada semesta:

“Jaga ia, wahai langit,

hingga aku mampu berdiri tegap

di mercu asa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GLOSARIUM

 

Remang senja   :           Cahaya redup menjelang malam.

Tajali                :           Berasal dari bahasa Arab tajallī (تَجَلِّيُّ), yang berarti "kebenaran"

Mahkota          :           secara metaforis merujuk pada rambut (uban).

Benang-benang perak   :           Rambut uban

Relungku          :           Bagian terdalam hati, tempat menyimpan perasaan mendalam

Pilar hidup        : Sosok yang menjadi penopang kehidupan

Almanak           :           Kalender

Prahara dunia   :           Cobaan atau kesulitan hidup

Bumantara       : Langit atau Angkasa

Mercu asa        : Puncak harapan atau Cita-cita

Baca Lebih Banyak

Puisi

blog

Rosalia S. Omega Pitaloka

Kelahiran Peta Kematian

Puisi

blog

Darwanto

Ode Hutan Tropis

Puisi

blog

Fisabella Ayuning Putri Utami

Memeluk Dermaga

Puisi

blog

Ade Kurniawan

Sketsa Kematian Bapak

Puisi

blog

Keisha Hendrikchan

Hujan

Puisi

blog

Safinah Zahroh

Tetesan Sungai ‘Adn

Puisi

blog

Eva Listia

Kota Ibu

Puisi

blog

Salwa Maulida

PARASIT

Puisi

blog

Mutia Nasution

Corona Masih Jauh

Puisi

blog

Ratih Mukhtar

Kebahagiaan di Ruang Guru