
rumah kita tiada sepi mau berpaut seluruh
pengap harap ingin jumpa kau
seduh tubuh ingin bisa didekap utuh
tiada gerimis jatuh mempercepat petang kala itu.
orang bincang. seduh sendiri ibu
meratap. rumah mengabur jauh
petang mendinding batu; dihajar suara lonceng yang bertalu-talu
membakar kalbu yang berselisih lalu.
tangis menggelepar di tengah petang buta
siapa punya? aku mencari dengan bertudung sutra petang.
dalam kamar sempit itu, matamu hitam membatu
bayu sayu ringkih tubuhmu. kutanya diri sendiri
kaukah yang terbaring itu, pak?
ah, malam belum jadi
kau sudah terbaring di rangkuman petang
dari wajah turun terus air mata
tipis, kelam, bening-tak bertepi.
Baca Lebih Banyak