Keledai Pesolek

Oleh: michaeldjayadi 

—buat Ahda Imran               

           Jauh 

Ke dalam lubuk kata

Kaubenamkan kepalamu

Mencari sisa kepak suara angin

Di sebalik gugus padma yang mungkin

Telah menyimpan telur dan sisikmu

Aku keledai pesolek 

Yang telah bangkit dan enggan lagi

Bersembunyi, berserah sepenuh waktu

Berhenti memucati diri di permukaan air

Gerbang angin tak sekencang dulu

Mengikat dan membiarkan suaramu berbisik 

                lembut

Memukul-mukul lonceng yang meneteskan

Darah dan sumpah seorang pembesar 

Dari kota putih yang jauh

Dengan bisamu yang paling lembut

Telah kaubunuh saudaraku yang liyan itu:

Seekor hiu dengan sepasang sirip

Yang gagal memerangkap berlaksa sengat cahaya

Menghindari desismu aku tak mampu

Sebab karuniamu telah menyihirku

           menggodaku

Dengan tulus hati menjatuhkan

Diriku berkali-kali ke dalam lubang 

Jarum yang sama

Sampai kesudahan segala sesuatu 

Aku ingin terus mencari cara 

Menebak-nebak dari negeri mana kau 

Diutus, menyusul langkah seorang pembesar

Sebelum berhasil ia memberimu nama

Dan menyadari dirinya terlilit

Sebidang janjimu yang akan memberinya

Gulungan sisik dan gelungan telurmu

                 sekali lagi 

Di sebalik lubuk kata yang terus memanggil 

Dan selalu memanggul namaku 

                              dan namanya

Untuk kauhabisi berkali-kali 

Dengan gigitanmu yang paling 

             lembut 

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami