Rialita Fithra Asmara
Ia peta
tanpa skala
Tak mengenal bujur
Tak mengenal lintang
Ia peta berupa garba
Kupanggul namamu
yang kujelmakan dulu menjadi peta
saat pusara merenggut teduh sepasang matamu
dan tubuhmu menjelma biji-biji
di tanah yang menguar bau harum dari bebunga
Matamu peta
Kupanggul ke mana-mana
Di punggung yang penuh riuh doa
penuh musim hujan air mata
adalah ibu yang paling peta
dari petamu, kutahu segala aku
segala gunung yang bisa aku takklukkan
segala kota yang bisa aku singgahi
dengan aroma wangi keringat sendiri