Oleh: Lailatul Kiptiyah
Sebuah kapal telah sandar
Dalam hangat udara, bersama orang-orang
yang bergerak cepat
kami masuki dermaga empat
selajur jalan beraspal
barangkali seratus meter jaraknya
menuju ujung
ujung yang terulur ke lambung
sebuah kapal
Yang membuka seluasnya
lapang, serupa dada sepasang
bapa-biyung, bertautan berdekapan
menyuburkan benih, mengandung,
berjuang melahirkan
Sebuah kapal kemudian berangkat
Dari jendela kabin kelas ekonomi
kupandang: kilasan air di seputaran
seperti wajah kanak
dalam tidurnya yang lelap
bersih, tenang, tanpa giras riak
Dan di pucuk-pucuk tiang
lampu-lampu menunduk membagi
terang, menjaga pelabuhan
Lalu anak kami mengambil tangan ayahnya
menuntunnya keluar
aku pun mengikutinya dari belakang
kami berdiri pada pagar besi penghalang
Sekarang kami menyeberang
deru kapal, asap hitam kekal
dari cerobong, kerlap lampu-lampu
yang kami tinggalkan
Selat panjang ini,
rahasia yang menggentarkan diri
udara malam berkibar
rapat menyelimuti kami
Hingga nanti mata kami menyaksikan
muasal waktu dan kejadian
di sana, di garis batas paling timur
tangan cahaya yang pertama terulurAmpenan, Mei 2022/Syawal 1443 H