MA. Fauzan Al Riyadh Panjaitan
sebelum pesta-pora, lidah gadis itu
mengarihkan akad kutukan
tubuhnya menyaksikan sabda dewa
membangkitkan luka dari kepala
parasnya sirna, ia bermunajat
kelewat rida
untuk kali pertama,
kekasihnya menampakkan sebuah kata:
“Tak bisakah kita merapal cinta
tanpa jampi mantera,
ceruk telaga ataupun bilik bahtera?”
lelaki itu dihantui malam-malamnya
oleh dahaga dan rasa sukma
ditariklah jin dan penjaga
beserta asma marga
yang telah menggila
langit-langit magenta
dilihatnya, senyumnya gelisah
doa-doa kekasihnya mendusta
mengangkat suara
sangkakala.
disebuah epilog, seorang lelaki
menyabung nelangsa,
meratap airmatanya
tumpah di bahtera nuh
sementara musa
membelah dadanya
menjadi dua.
Surabaya, 2022