Pengumuman Pemenang
Lomba Menulis Cerpen Nasional 2022
Funmin ucapkan terima kasih kepada peserta Lomba Menulis Cerpen Nasional 2022 yang telah mengirimkan karya terbaiknya. Selamat bagi para pemenang dan finalis 100 cerpen terbaik. Bagi Funners yang belum menjadi juara, tetaplah berkarya dan tetap semangat untuk mengembangkan kemampuan menulis. Hari esok masih ada bagi Funners untuk terus belajar dan berkembang. Funmin percaya, kita semua akan mencapai hasil yang terbaik.
Kepada pemenang, akan dihubungi langsung oleh Kak Anisa melalui nomor +62 857-4957-0828. Harap berhati-hati apabila dihubungi oleh nomor tidak dikenal mengatasnamakan Fun Bahasa untuk menghindari penipuan.
Fasilitas lomba akan mulai dikirim pada tanggal 23 Januari 2023 melalui surel masing-masing. Apabila tidak ada di kotak masuk, segera periksa ke seluruh folder, termasuk di folder spam. Jika masih belum ada, bisa langsung segera hubungi narahubung, ya.
Salam literasi,
Fun Bahasa
CATATAN PENJURIAN
- Yusril Ihza F. A.
Peserta kali ini lebih banyak mengeksplorasi isu keluarga, cinta, perselingkuhan, lingkungan, dan barangkali hal-hal klise yang kerap ditemui di masyarakat pada umumnya. Selain kerapian struktur cerita dan pemilihan gaya bahasa, kedalaman esensial cerita serta upaya untuk keluar dari batas wilayah umum menjadi pertimbangan utama meskipun secara isu memiliki kesamaan antara cerpen satu dengan yang lain.
Misalnya, Cinta Bajing, secara tradisi yang melekat di masyarakat – terutama Madura – egosentris laki-laki ketika mempertahankan harga dirinya ketika istrinya berselingkuh, ia akan melakukan carok, namun di cerpen ini ada upaya dekonstruksi secara moral dan kemanusiaan sehingga carok tidak lagi menjadi satu solusi untuk menyelesaikan masalah, sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan kunci dan solusi dari pokok permasalahan perselingkuhan. Dari hal tersebut semacam ada daya tawar lain dibandingkan dengan cerpen mayoritas, meskipun sebenarnya persoalan pada cerpen ini cukup familiar.
Berbeda dengan cerpen Saat-Saat Terakhir Mayor Fransisco Soledad yang lebih mengedepankan kerapian struktur cerita dan gaya bahasa. Cerpen ini memberikan nuansa kolonial dengan gaya barat, namun secara isu cerita begitu sederhana, begitupun adegan cerita ini mirip-mirip dengan film perang di masa kolonial pada umumnya, ada yang merenungkan kematian, ada persahabatan, pun ada pengkhianatan. Di sinilah letak penawaran sekaligus kekurangan cerpen untuk mengeksplorasi kontruksi sejarah.
Sebenarnya bukan berarti hanya menempatkan adanya unsur setting, tokoh, dan nuansa kolonial lantas dikatakan sebagai cerpen sejarah, namun apabila sekadar meminjam idiom-idiom zaman perang kemudian mengkontruksi alur sedemikian rupa tanpa memperhatikan unsur kesejarahan itu sendiri, maka akan sangat disayangkan, karena cerita bernuansa perang akan sangat menarik apabila disandingkan dengan riset sejarah yang lebih mendalam. Sehingga penulis bisa memilih antara resistensi atau merepresentasi apa yang ditimpa tulis oleh pemegang sejarah.
Selanjutnya cerpen Perempuan Pembawa Sial cerpen ini berupaya melihat peran perempuan sebagai istri dan ibu tidak akan pernah selesai mendapat nasib sial. Perempuan dalam cerpen ini melahirkan banyak anak yang kesemuanya perempuan. Ia tidak bisa mewujudkan harapan suami dan mertuanya untuk melahirkan anak laki-laki. Cerpen ini berupaya menunjukan dominasi patriarki ternyata tidak hanya ketika berada di wilayah sosial masyarakat, tetapi sejak dalam ruang domestik pun laki-laki melakukan dominasi bahkan sejak dalam kandungan.
Akan tetapi, apabila cerpen ini digarap di wilayah realis-sosial, maka cerpen ini terlalu melebih-lebihkan ironisitas yang dialami perempuan, seperti mengandung lima anak yang kesemuanya perempuan, kemudian menjadikan dapur, sumur, kasur adalah bagian dari dominasi patriarki terhadap kesetaraan gender.
Padahal di konsep masyarakat kita hari ini, kesetaraan gender atau pergerakan kaum perempuan (feminis) itu bukan diukur dari asumsi/wacana yang tersebar di masyarakat, tetapi terletak lebih pada upaya pembebasan subjek perempuan terhadap asumsi/wacana yang melekat di masyarakat, sehingga upaya bebas dari keterbelengguan inilah yang menjadi dasar dari tindakan pergerakan kaum perempuan, sedangkan kebebasan subjek barangkali sederhananya dapat diukur dari perasaan bahagia atas absurditas yang menimpanya.2.
2. Royyan Julian
Di ajang ini, cukup sulit menemukan cerita memikat. Bukan karena faktor teknis bahasa. Rata-rata cerpen lemah dalam penggodokan ide. Kekurangan tersebut melahirkan kisah prematur, hambar, repetitif, dan membosankan, sehingga akan sukar menghanyutkan pembaca. Bahkan, pemenang dalam lomba ini pun tak lepas dari minus tersebut. Untungnya, kelemahan itu diselamatkan oleh kehadiran ironi dan sengatan kecil pada koda cerita.
Dalam cerpen juara III, “Perempuan Pembawa Sial”, misalnya, desakan tradisi Tionghoa sebagai pemicu konflik cerita diselesaikan dengan bahagia oleh kelahiran bayi kembar sesederhana kucing brojol.
Guncangan akhir kisah juga dibikin oleh cerpen juara II, “Saat-Saat Terakhir Mayor Fransisco Soledad”, yang akan mengingatkan kita pada persahabatan ‘kejam’ Soekarno dengan Kartosoewirjo.
Sementara itu, selain memiliki kecakapan bertutur paling unggul, cerpen juara I, “Cinta Bajing”, mengejutkan kita dengan distorsi moral subkultur bajing yang kokoh merawat harga diri. Meski latar budaya yang diangkat rada basi, keputusan etis sang tokoh utama di akhir kisah membuat cerpen ini ora umum ketika dihadapkan pada konteks adat cerita yang ditampikan.
No | Nama | Judul Karya | Peringkat |
---|---|---|---|
1 | Zainul Muttaqin | Cinta Bajing | Juara 1 |
2 | Sigit Candra Lesmana | Saat-Saat Terakhir Mayor Fransisco Soledad | Juara 2 |
3 | Petrus Setiawan | Perempuan Pembawa Sial | Juara 3 |
4 | Daruz Armedian | Kematian Mbah Ganyong dan Ratapan Pohon-Pohon | Juara Favorit |
5 | Pius Katon Jatmiko | Telur, Susu, dan Kalajengking | Juara Favorit |
6 | Fakta P. B. | Darah yang Terus Mengalir | Juara Favorit |
7 | Abu Wafa | Badu Balas Budi | Finalis 10 Karya Terbaik |
8 | Beri Hanna | Om Darwin | Finalis 10 Karya Terbaik |
9 | Dita Reista Nurfaizah | Renjana En Krassen | Finalis 10 Karya Terbaik |
10 | Rialita Fithra Asmara | Zabosa dan Ayah Berwajah Jikalau | Finalis 10 Karya Terbaik |
11 | Sigit Candra Lesmana | Ketika Purnama Bersinar dengan Cahaya Biru yang Lembut | Finalis 20 Karya Terbaik |
12 | Daruz Armedian | Saya Tidak Sempat Memberi Judul Pada Cerita Ini | Finalis 20 Karya Terbaik |
13 | Octa Berlina | Ibu Muda dan Bayi di Pelukannya | Finalis 20 Karya Terbaik |
14 | Daviatul Umam | Kota Dalam Air | Finalis 20 Karya Terbaik |
15 | Eliezer Mei Kriswanto | Bung Karno dan Orang-Orang Kampung | Finalis 20 Karya Terbaik |
16 | Fajar Irawati | Lelaki Misterius | Finalis 20 Karya Terbaik |
17 | Fakta P. B | Arinda Mendamba Dada | Finalis 20 Karya Terbaik |
18 | Lailatun Hermaini K | Penari | Finalis 20 Karya Terbaik |
19 | Mahestha Rastha Andaara, S.Pd | Pelajaran Berharga | Finalis 20 Karya Terbaik |
20 | Octa Berlina | Malapetaka | Finalis 20 Karya Terbaik |
21 | Petrus Setiawan | Suatu Masa yang Kelam di Sebuah Rumah Berwarna Hijau | Finalis 50 Karya Terbaik |
22 | Sheny Khairunnisa | Bunga Milik Malam | Finalis 50 Karya Terbaik |
23 | Laila Nur Fitria Dewi | Lazuardi | Finalis 50 Karya Terbaik |
24 | Petrus Setiawan | Mario Kempes Tak Pernah Datang Lagi | Finalis 50 Karya Terbaik |
25 | Siyuk Sujarwati | Setia Menanti | Finalis 50 Karya Terbaik |
26 | Ai Puspasari | Mengetuk Pintu Langit | Finalis 50 Karya Terbaik |
27 | Friska Julia | Rumah di Atas Asap | Finalis 50 Karya Terbaik |
28 | M. Pierre Yoga | Dendam Masa Lalu | Finalis 50 Karya Terbaik |
29 | Muhamad Yusuf | Di Simpang Tiga Titian | Finalis 50 Karya Terbaik |
30 | RF. Dhonna | Childfree | Finalis 50 Karya Terbaik |
31 | Lusia Yasinta Meme | Nyanyian Kodok | Finalis 50 Karya Terbaik |
32 | Muhamad Yusuf | Sendang Kalbu | Finalis 50 Karya Terbaik |
33 | Regina Eka Meylani | Teror | Finalis 50 Karya Terbaik |
34 | Arif Billah | Anatomi Kepala Sapi | Finalis 50 Karya Terbaik |
35 | Ach. Rofiq | Wahnan Ala Wahnin | Finalis 50 Karya Terbaik |
36 | M. Pierre Yoga | Bilik Terkutuk | Finalis 50 Karya Terbaik |
37 | Nur Syifa Illaty | Purnama Jelita | Finalis 50 Karya Terbaik |
38 | Ach. Rofiq | Cerita yang Belum Selesai dan Perempuan yang Terperangap di Alun-Alun Kota | Finalis 50 Karya Terbaik |
39 | Irawati | Pliek U | Finalis 50 Karya Terbaik |
40 | Luthfiyah Nurun Ni'mah | Kesendirian | Finalis 50 Karya Terbaik |
41 | Muhammad Zaki Mubarak | Serupa Babi | Finalis 50 Karya Terbaik |
42 | Rosa Venerini Puan Swasti Bumi | Semalam | Finalis 50 Karya Terbaik |
43 | Desi Hidayanti | Mentari di Balik Bukit Meratus | Finalis 50 Karya Terbaik |
44 | Fatihah Kusuma | Benang Merah yang Bertemu di Satu Titik | Finalis 50 Karya Terbaik |
45 | Kusuma Wardani | Diujung Jalan Malam Itu | Finalis 50 Karya Terbaik |
46 | Nunung Nurningsih | Lembayung Senja di Ujung Kail | Finalis 50 Karya Terbaik |
47 | Wahyu Ciptadi Pratama | Menggugat Malaikat Pembagi Duka | Finalis 50 Karya Terbaik |
48 | Affina Damayanti | Lin | Finalis 50 Karya Terbaik |
49 | Wahyu Setiaji | Memoar di Hari Ke-40 | Finalis 50 Karya Terbaik |
50 | Ahsana Quraba M | Gadis di Bawah Lampu | Finalis 50 Karya Terbaik |
51 | Ani Irawanti | Bukan Lokawigna | Finalis 100 Karya Terbaik |
52 | Fuad Sulistyono | Musyawarah Batu | Finalis 100 Karya Terbaik |
53 | Iin Nuraini | Elettra & Elior | Finalis 100 Karya Terbaik |
54 | M. Fhadli Al Fazwa | Nenek | Finalis 100 Karya Terbaik |
55 | M. Syaifulloh | Mat Monyong Anak Setan | Finalis 100 Karya Terbaik |
56 | Nawaruci | Menolak Sekaligus Menjalani Takdir | Finalis 100 Karya Terbaik |
57 | Padli Janto | Setelah Bingung | Finalis 100 Karya Terbaik |
58 | Tafida Yumna Annisa | Lima Belas Tangkai Bunga | Finalis 100 Karya Terbaik |
59 | Tambun | Maafkan Aku Embun | Finalis 100 Karya Terbaik |
60 | Aisha Rahma Febrina | Raganya | Finalis 100 Karya Terbaik |
61 | Iffatul Wahidah | Laki-Laki di Rumah Ibu | Finalis 100 Karya Terbaik |
62 | Hana Riana Permatasari | Perjalanan Dinas | Finalis 100 Karya Terbaik |
63 | Farah Sandika | Hanami | Finalis 100 Karya Terbaik |
64 | Elsih Mirahayu | Warisan | Finalis 100 Karya Terbaik |
65 | Daniar Vilania | Aku dan Kamu yang Terbelenggu dalam Kosa Kata Kita | Finalis 100 Karya Terbaik |
66 | Aulia Risna Dianti | Dari B Ke C | Finalis 100 Karya Terbaik |
67 | Ananda Erliyana Putri | Bukan Tiga Kosong Lima | Finalis 100 Karya Terbaik |
68 | Borazani Kayla P. | Red String Of Death | Finalis 100 Karya Terbaik |
69 | Annisa Mayra Detrias | Tujuh Belas | Finalis 100 Karya Terbaik |
70 | Anggi Syafitri | Pulang Yang Kujanjikan | Finalis 100 Karya Terbaik |
71 | Anifah | Pelukan Do’a | Finalis 100 Karya Terbaik |
72 | Apdoni Tukang | Cuek Ceh | Finalis 100 Karya Terbaik |
73 | Wina Wijaya Sijabat | Semirip Atma Kakak | Finalis 100 Karya Terbaik |
74 | Zabrina Mahardika Putri | Berai | Finalis 100 Karya Terbaik |
75 | Aysah Tri Rahayu | Lirih Makna | Finalis 100 Karya Terbaik |
76 | Zahrah Aulia Rahmah | Astral | Finalis 100 Karya Terbaik |
77 | Zakiah Nabila | Pesta di Hutan Bakau | Finalis 100 Karya Terbaik |
78 | Viani Agustina | Aby As Abi | Finalis 100 Karya Terbaik |
79 | Trineke Haruko | Kotak Kelam | Finalis 100 Karya Terbaik |
80 | Sri Wardani | Memahat Senja | Finalis 100 Karya Terbaik |
81 | Putu Aurelia Dominique Ar | Kehidupan | Finalis 100 Karya Terbaik |
82 | Nur Rahmasari Maharani | Salah Target | Finalis 100 Karya Terbaik |
83 | Nurul Ilmi Lestari | Surat Untuk Atma | Finalis 100 Karya Terbaik |
84 | Paramita Faarik Albarrsyah | Mat Kodak Warna | Finalis 100 Karya Terbaik |
85 | Liska Rahayu | Aku Perempuan | Finalis 100 Karya Terbaik |
86 | Siti Khodijah | Bik Ro | Finalis 100 Karya Terbaik |
87 | Lina Liana | Keluarga Penyusup | Finalis 100 Karya Terbaik |
88 | Rozi Ibaddallah | World Anomaly: Connected | Finalis 100 Karya Terbaik |
89 | L. Sheeza | Vas Bunga Kesayangan Ibu | Finalis 100 Karya Terbaik |
90 | Naurah Hanin Ghaisani | Starlight | Finalis 100 Karya Terbaik |
91 | Presty Ekowati | Kado Untuk Ibu | Finalis 100 Karya Terbaik |
92 | Margaretha Lina Prabawanti | Kembang Api di Kepala Jordan | Finalis 100 Karya Terbaik |
93 | Mario Djabbar Aidil Hibatullah | Secangkir Kopi Untuk Teresa | Finalis 100 Karya Terbaik |
94 | I Nyoman Agus Sudipta | Batu Hujan | Finalis 100 Karya Terbaik |
95 | Kristina Alviani | Marine | Finalis 100 Karya Terbaik |
96 | Dian Wisma Pratiwi | Aku Ada di Sini | Finalis 100 Karya Terbaik |
97 | Galuh Mardina Fajar Rani | Pecut Cinta Selembar Sarung Abah | Finalis 100 Karya Terbaik |
98 | Yohanes | Harga | Finalis 100 Karya Terbaik |
99 | Syahda Kamila Anandita | Lubang Kelinci | Finalis 100 Karya Terbaik |
100 | ‘Aisyah Nurhayati | Seekor Burung Pemaaf | Finalis 100 Karya Terbaik |