Perbincangan Tengah Malam

Daruz Armedian

dengan caranya
yang aneh,
sunyi meledak.
serpihnya berserak,
& semesta dimulai.

kekosongan berserakan,
di serpih yang satu,
juga di serpih
yang lain.

apa tak ada
sedikit pun angin?
tanyamu
mencari celah
pada yang mungkin.

dari arah yang jauh,
s  a  n  g  a  t   j  a  u  h ,
bertahun kemudian,
angin bergemuruh.
menyentuh serpihan itu,
menjadikannya basah,
&
kehidupan
dimulai.

cuma di bumi maksudmu?
kau tak memberi waktu.
       tak memberi jeda,
untuk persoalan
selanjutnya.
apa tak ada kehidupan
di planet lain?
di bintang-bintang,
& sejumlah tempat
dari kesunyian?

mungkin ada. mungkin tak ada.
hidup selalu soal menduga-duga.

lalu makhluk hidup yang naif,
dengan keterbatasan
pikirannya,
memberi nama-nama;

ini pohon,        ini gunung,
ini danau,        ini bunga.
itu sungai,       itu laut,
itu teluk,          itu muara.

kau membuka jendela.
biar angin masuk, katamu.
tapi di luar tak ada apa-apa.
udara akhir-akhir ini,
jarang sejuk
meski dini hari.

lalu makhluk hidup yang naif,
dengan keterbatasan
pikirannya,
memberi ruang tumbuh

untuk kehancuran,      kebisingan,
kegaduhan,                  kesemrawutan,
kerusuhan,                  polusi udara
dan lain sebagainya.

kau mengambil sebatang
rokok, dan membakarnya.

mari kita akhiri perbincangan ini.
istirahat.
lalu terjaga.
lalu bekerja.
orang miskin
seperti kita
tak punya banyak waktu
untuk membicarakan semesta.

Pinggiran Gajah Wong, 2022

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami