SEBELUM HARI MENGEPUNGMU DENGAN CUACA BURUK DI KEPALA

Oleh: Trybuana Tunggal Dewi Rahmadani

Kutuliskan catatan-catatan peringatan hidup sederhana:

Catatan #1 – Selalu ada kemalangan bersembunyi

di balik dongeng-dongeng megah, seperti misalnya:

mencintailah dengan membatu meski dalam lubang

hitam, pada suatu waktu, kecemasanmu yang keruh

bergegas menuju pelukan ketiadaan.

Sekalipun tidak. Selalu ada kemalangan sembunyi

bergelagat serigala-serigala, ketika malam mewujud

lagu-lagu pengantar mimpi buruk, serigala-serigala

meniup lolongan maut dan mencuri tidur ke bayang-

bayang celaka. Betapa cinta yang kesepian dan lapar

dan gelisah menuntunmu ke jalan bercabang dua:

kesunyian lebih lebat atau maut yang menikam.

Catatan #2 – Nasib ialah permainan jungkat-jungkit.

Seringkali separuh tubuhmu berkemas ke angkasa

kesunyian, menjelma kekosongan yang berjalan

di antara ketersesatan dan kekalahan.

Tak ada kematian paling masyhur selain namamu hilang

ke sibak gelap —  seperti ada seorang pencuri mengendap,

mengambilnya dari dadamu dan menukar dengan

nama lain yang memanggilmu ke jurang keterasingan.

Sementara ingatan mekar seumpama buah simalakama,

hingga tumbuh di jari-jarimu; dendam, sepi yang

memerah, isyarat maut, setiap lekukan ialah keperihan,

lipatan kecemasan, garis kesedihan. Ketika kesendirian

menunggumu dari berbagai arah, mari jangan percaya

sajak-sajak tua yang sentimentil.

Catatan #3 – Tulislah mantra. Sebelum cuaca murung

jatuh menutup kelopak matamu, sebelum suara-suara

silam menarikmu ke dasar ketakutan hingga kematian

berlipat-lipat di wajah. Sebab kenangan ialah hantu-hantu

peristiwa — merayap di celah cekung pikiranmu.

Solo, 2021.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami