Oleh: —Trybuana Tunggal Dewi Rahmadani.
1.
aku pergi dari suatu masa.
kau tak akan mengenalku sebagai aku.
hanya saya. tak ada apa pun di jantung waktu—
sepi kita dahulu saling bercumbu dan
melahirkan malapetaka. cinta ialah sekumpulan replika rusak
yang kita buat sebelum kau menuju
ketiadaan. menuju suatu entah. dan kaubisikkan,
pada sebuah ujung nanti: kau akan
menciumku, dan puisi-puisi tumbuh bukan
setumpuk kekosongan.
hari-hari melipat namaku sebagai
sejarah terlupakan. dan kuketahui,
jauh di dasar heningmu: angin kering
mengembus seribu dingin—gigil hatiku.
2.
barangkali akan terus begini:
kau musim kemarau. tubuhku hutan gundul
—dan langitmu tak sekali memelukku,
atau mengiba, atau mengaba bahwa
tak akan ada hujan. tak akan ada
musim lain selain kekacauan.
kubayangkan orang-orang di tubuhmu
berbicara perihal kekeringan dan
kelaparan. berbicara perihal luka.
berbicara cuma rutukan. sementara
kau sibuk mengulur senyap, membuang
segala bahasa, dan begitulah:
kesepianku hanya penduduk malang
mengulurkan tangan ke padamu—
tetapi, kau menjadi ketiadaan panjang.
Kekasih, bercinta serupa ambang kematian
yang menunggu hitung mundur waktu.
3.
hari ini terkunyah sebelum aku menelan
hari kemarin. tetapi tak akan ada
nanti yang pasti. aku melipat segera
hati dari sepi. melipat kesedihan.
melipat namaku. tak ada namaku hari ini.
hanya nama lain. kau akan membacanya
di berita nanti:
seseorang memotong namanya
hingga tiada tersisa
—2021.