Oleh: Ian Hasan
aku ziarahi syahwatku
dalam puasa yang dibasahi puisi
lapar dahaga adalah ombak pertama
yang kubiarkan menghanyutkanku
ke tengah samudera
aku lantas berkaca pada air mata sendiri
yang sebelumnya kering dipanggang hari-hari
betapa kini puasaku masih rentan terhapus
oleh tabungan dendam, iri, dan rakus
sedang ramadanku adalah ajang perlombaan
berebut perbedaan, persaingan, dan perpecahan
pada sujud yang kusangka tunduk
terlalu sering kuciptakan bising
dan hiruk pikuk
pada rindu yang jauh hari kusiapkan
melekat daftar janji serta imbalan
yang hendak kutagihkan
aku lalu bersimpuh di hadapan pusara syahwatku
berharap mahapuisi sedia menjeratku
Karanganyar, April 2022