Succulent: Derai Anyelir Sebelum Amsal Lahir

Fatah Anshori

Kita lahir di padang luas, tak terbatas
tumbuh dipayungi lidah matahari,
pasir-pasir berdesir,

                               pernah mengalir
membawa perahu-perahu ke pesisir

Ke muara takdir penuh derai anyelir
sebelum amsal lahir
ia usung dalam segantang
                                    kisah murung

kawanan burung—

                             yang menyeberangi
langit mendung dalam artefak ingatan.

Tertanam dalam segunduk tanah yang
jeritnya kian lengking,               
dalam foto buram nan pesing

epitaf mengambang—

         berkisah dalam tubuh gelisah
masih tengadah, dalam ruang asing

yang menguningkan dedaun pohon
dadap dalam sekat-sekat ayat,
mereka yang melarat mengira
segalanya hanya hikayat yang
                              dibuat-buat
umat yang taat.

Tak ada nubuat dalam lingkar
tubuh sekarat, pada peti-peti krat
                               arak dan tuak

berdesak, meski isak sesak dalam
lingkar dada mendekam legam irama
derita, kota yang menelan segala

kita: menyaru biota
        dalam kerlip doa.

Pada bangkai-bangkai kapal yang tak
menyentuh dermaga, terkubur dalam
dada laut, dan berkian-kian maut

      tak kunjung surut.
            meski mata waktu telah surup.

Ia masih pasang di langit-langit kota
membungkus segala yang tampak rakus
-angka yang kerap menenteng
          bencana bermuka:
          harta
          tahta
          dan nestapa: cinta,
          dalam dekap wanita.

Apakah hanya rompal sorga atau neraka?

Lamongan, 2022

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami