Aku Seekor Mesin

Oleh: Galih Agus Santoso

meski dunia mengubahku 
menjadi mesin
namaku didaras zikir nyinyir
mulut-mulut beracun
moncong bambu runcing
meski hatiku hitam karburator
angus dan dengus kelam
bergumul kerak malam
semoga iman tetap tumbuh subur
bersama berbagai macam lendir
dosa di kelapangan rahman rahim Tuhan
imanku seutas kecambah kacang
menyala seperti sebutir kunang
menantang rasi zodiak bintang
lancang menggaris nasib-nasib

aku bank tanpa riba
tempat pinjam duit
tetangga dan (tiba-tiba) sodara
padahal namaku menjadi gurih
gorengan berlemak babi hutan
teman mereka berzikir nyinyir
menganggur berkumur racun
mukbang bangkai penuh nanah
sambil mengutuk pemerintah
atas kemiskinan yang mereka jalani
ketika aku berjibaku sebagai seekor mesin
berlinang najis dari cerobong perbudakan
asap knalpot pabrik bersenggama batuk
gerbang lahirnya dahak peradaban
shift malam sepanjang lailatul qodar
tunduk 100% komando mandor
maksudku berhentilah menjadi hakim
ketika sedang tidak butuh uang darikuaku lebih dermawan dari bank syariah
dan koperasi agama denial dirinya berbunga
matahari tersangkut di alisku
meski retina berkaca-kaca tapi konon
haram hukumnya bila lelaki mengeluh
apalagi menangis seperti anak lembu
yang dipaksa menyunggi beban bumi
andai aku seekor capung
melayang ringan di antara daun
tak terpikir slip gaji maupun pajak
terbang bebas berkecipak cium
mencumbu permukaan sungai
air yang menghanyutkan gelonggongan
kayu dan setumpuk norma-norma kaku
dan terkadang aku ingin menjadi sebuah anjing
yang memiliki satu majikan (saja)
untuk kujilati telapak kakinya
aku ingin bisa membedakan siang malam
mengulum waktu tanpa sembunyi-sembunyi
mengulur hidup di antara seni dan birahi
dan sedikit lebih bebas berkehendak
menjadi seekor mesin hanyalah menjadi alat
mewujudkan fetish kaum kapitalis
memproduksi banyak uang (plus polutan)
hingga tanpa sadar bumi dan manusia
sama-sama bersimpah sampah

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami