Hikayat Ramses II
 
Sapta Arif

 

/1/

Kami memilih lembar alang-alang cyperus papyrus terbaik, menyeset tulang daun, dan mengeringkannya di hadapan dewa matahari. Panas yang terik melelehkan isi kepala. Mengantar cerita Ramses yang Agung.

 

Di bawah siraman bulan, Ramses II berpeluh. 200 perempuan berpesta anggur—bergiliran, agung-agung, cinta yang agung. Laksana Dewa Ra yang mati-matian menjaga nama, Ramses membungkus ingatan dalam kuil. Selayaknya kuil, ia menyimpan perihal-perihal. Telah kau sitir papyrus ajaib, tetapi ingatanmu serupa pisau tumpul. Firaun baru tak kunjung lahir.

 

Dada Akhenaton berkecamuk, riuh! Semua gulungan papyrus ia lempar ke dalam bara api. Terbakarlah bara dendam. Osiris dan pengikutnya lebur. Namun, ingatanmu lekas mengarus balik, Dewa Ra yang kau puja menderita melihat Isis telanjangi namanya.

 

/2/

Sebelum Ramses II wafat, telah kuselipkan gulungan papyrus di celah pintu kamarmu. Tetapi, kau hanyalah kasim istana yang malang. Suaramu bak angin yang ditiup dari ujung tembok terjauh istana.

 

Dewa Waktu hanya mengizinkanku berdiri di tepi sungai. Nefer Ka Ptah mencuri kitab Thot yang terbenam di dasar. Ratusan ular berbisa telah ditaklukan. Bau kepedihan menguar saat seorang penyalin kitab berbisik padanya, lantas ia celupkan kitab Thot ke dalam bejana penuh tuak. Meneguk dengan cawan raja, serupa hewan kehausan.

 

Keadaan memaksamu memeram dendam, tatkala melihat rajamu wafat. Thot yang agung menguar dari napas rajamu, memenggal hidup Ptah dengan satu jentikan jari tangan.

 

Ponorogo, Maret 2023

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami