Sarapan Pagi

Oleh: Sketsa Ultra Pelangi

               Aroma sedap tumis daging mengusik hidung Badrut pagi itu, dan membuatnya terbangun. Badrut terbangun di tempat tidur dengan rasa kebas di bagian bawah tubuhnya, dengan kepala masih pusing dan linglung dia bangun terduduk. Dan terkaget-kaget melihat darah bersimbah di bawah kakinya. Darah itu berasal dari selangkangannya. Begitu selimut disingkap, kemaluannya telah terpotong separuh menyisakan bonggol kecil mencuat diperban diatas kantung 1skrotumnya. Dia cepat-cepat bangkit bangun keluar kamar, dia mengabaikan bau harum tumisan istrinya pagi itu.

“Asri!”

“Ya, mas?” Kata istrinya kalem sambil menumis di wajan.

“Siapa yang melakukan ini? Kamu hah? Mau membunuhku hah?”

“Nadia dan Dodit aku inapkan ke rumah ibu bapak, jadi mereka tidak perlu repot mendengar ocehanmu pagi ini” Sahut Asri kalem.

“Apa-apaan kau ini” Badrut masih mencerna keadaan yang membingungkan setelah dia bangun tidur.

“Kamu ga bakal mati mas, istrimu ini pernah jadi perawat di bangsal ICU. Aku tidak gegabah memotong semuanya. Kamu masih bisa pipis kok, cuma bentuknya aja yang jelek, bisa selamat kok. Nanti habis sarapan kita ke ICU biar kamu cepet di tangani” Kata Asri dengan santai, seolah apa yang dikhawatirkan suaminya bukan hal besar.

Asri menuang tumisannya yang masih berasap ke piring dan menyajikannya di atas meja makan.

“Di minum dulu tehnya, lalu sarapan. Tenang saja dosis biusnya lama kok, masih sempet buat sarapan, ga bakal sakit sampe kita ICU nanti”

Badrut cuma bisa melongo campur kesal dengan sikap tenang istrinya.

“Awas kau, habis ini kupenjarakan kau” Ancam Badrut.

“Silahkan, aku tidak pusing”

“Aku bunuh saja kau sekarang” kata Badrut sambil berdiri mengangkang, berjalan tertatih menuju pisau dapur. Namun Asri lebih gesit dia lebih dulu menghadang suaminya sembari menendang selangkangan suaminya. Lalu  darah menetes dari luka perban itu, membuat Badrut mundur kesakitan dan kembali terduduk di kursi.

“Kau pedulikan dulu burungmu, baru pikirkan untuk membunuhku. Kalau kau buang waktumu. Kau akan sangat kesakitan sebelum kita tiba di ICU”

“Perempuan jahanam kau!” Badrut Geram.

“Kau lebih jahanam” Sahut Asri tenang.

“Makanlah dulu, isi tenagamu, kita ke ICU secepatnya baru kau maki aku lagi sesukamu. Kurang baik apa aku coba?” Asri menyodorkan nasi putih hangat dengan lauk tumis daging sapi dan kerupuk.

Badrut menurut ketika Asri menyuruhnya menghabiskan sarapan paginya dan menemaninya menuju rumah sakit. Badrut makan dengan lahap saking laparnya. Di rumah sakit Badrut harus diopname.

Badrut membuat keributan di hadapan para tenaga medis bahwa istrinya sudah memotong kemaluannya.

“Kau boleh telpon polisi kalau mau” Ujar Asri pelan, dia duduk di sisi ranjang tempat Badrut di rawat di bangsal ICU.

“Iya, akan ku telpon sekarang” Sahut badrut Kesal.

***

Kemarin.

Asri mendapat whatsapp dari sahabatnya Tutik, yang bekerja menjadi tukang bersih-bersih di hotel, memberitahu bahwa Badrut berkali-kali datang ke hotel dan telah main serong dengan perempuan muda cantik dan seksi. Bukti foto-foto dan video dikirimkan lewat whatsapp.

Asri terbakar amarah, namun coba ditahannya dengan memejam mata dan menarik napas panjang. Dia kumpulkan sisa kesabarannya agar tetap tenang meski hatinya robek menjadi serpihan. Laki-laki yang sudah memberinya dua anak itu telah mengabaikan kesetiaannya, suportnya saat Badrut belum sesukses sekarang, pengabdiannya untuk keluarga, hingga meninggalkan pekerjaan yang dia cintai demi cinta pada keluarga, mengorbankan waktu tidurnya untuk mengurus rumah tangga tanpa bantuan pengasuh anak maupun pembantu, memastikan pakaian suami dan anak selalu bersih dicuci, rapi disetrika, memasak makanan yang terbaik, mendidik dan merawat anak dengan usaha terbaik, mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk keluarga. Semua itu dibayar dengan perselingkuhan murahan.

Asri lalu memesan ojek online untuk mengantarkannya ke hotel tempat suaminya berselingkuh. Wajah Asri mengeras, pikirannya melayang-layang masih tidak percaya suaminya setega itu.

Tutik berdiri menunggu di lobi hotel, Asri menghampirinya.

“Kamar mana Tik?”

“Sini aku antar, aku ada kunci duplikatnya”

Asri mengikuti Tutik dan sampai di depan kamar 503 tempat suaminya bersama wanita serongnya.

“Aku bukain aja ya, abis itu aku tinggal ya, aku gamau ikut campur  lagi. Oke?”

Asri mengangguk.

Tutik membukakan pintu lalu buru-buru pergi dari tempat kejadian. Pintu terbuka, Asri masuk kamar dan tidak terkejut melihat suaminya tanpa busana bersama dengan wanita yang juga tidak berbusana sedang saling bergumul seru.

“Pakai selimutnya, Badrut suamiku” Kata Asri datar, tajam, dan tenang.

  Badrut dan selingkuhannya kaget dan buru-buru berselimut.

“A… Asri? Asri jangan marah, aku bisa jelaskan” Kata Badrut terbata-bata.

“Tenang saja, aku tidak marah, aku tidak akan mengamuk, aku tidak akan menyakiti wanita itu. Kalian berpakaianlah lalu pulang” Kata Asri memaksakan senyum di wajahnya meskipun rasanya ingin mencabik-cabik manusia di depannya.

“Sungguh kau tidak akan marah seperti wanita-wanita di tivi yang mengacak-acak rambut selingkuhan suaminya?”

Asri tersenyum,”ya nggak lah, aku wanita sopan berpendidikan, gak akan bikin malu suami dan keluarga di sini, yuk aku tunggu di lobi ya suamiku, kita pulang sama-sama”

Badrut mengangguk tidak percaya istrinya tidak marah. Memang selama sepuluh tahun pernikahan mereka, Asri tidak pernah marah sedikitpun kepada dirinya maupun anak-anak, dia perempuan yang sangat sabar. Itulah yang membuatnya jatuh cinta saat pertama kali melihatnya di rumah sakit, waktu itu Ibu Badrut sakit, dan dirawat langsung oleh Asri. Selepas itu Badrut langsung jatuh cinta dan mempersuntingnya. Bahkan hari ini pun Asri masih sesabar yang dikenalnya.

“Bener nih gak marah?” Tanya Badrut memastikan ketika mereka berada di dalam mobil suaminya.

Asri tersenyum ”kalau marah, ngapain aku repot-repot mencarikan taksi untuk wanita tadi. Aku tidak akan banyak tanya. Kita singgah di resto deket lampu merah yuk, udah lama kita gak makan di luar”

Badrut mengiyakan, masih kebingungan sekaligus lega. Lega karena istrinya tidak seperti aksi viral istri-istri di media sosial yang dengan brutal menghadapi selingkuhan suaminya.

Sehabis makan, mereka pulang ke rumah, dan Asri bersikap seperti biasa, seolah tidak terjadi apapun. Badrut senang, dia mengirim pesan whattsap pada selingkuhannya diam-diam sekedar mengabarkan bahwa keadaan aman terkendali.

***

Malam itu Asri memasak makanan favorit suaminya daging tumis sisa idul adha, sehabis makan, Asri menyajikan teh hangat sembari menonton TV dengan suaminya.

“Kenapa kau tidak marah?” Tanya badrut tiba-tiba.

“Kau ingin aku marah kah?” Kata Asri tertawa kecil.

“Bukan begitu, aku tahu kau orang yang sabar, tapi masa kau tidak ada perasaan marah dengan kejadian kemarin?”

“Aku marah, tapi aku sabar. Lagipula sudah terjadi, kau juga mungkin sedang khilaf. Aku mencoba mengerti meski sulit”

“Ah aku tidak salah memilih pendamping hidup” Badrut tersenyum senang sembari menghabiskan tehnya. Dia merasa sangat mengantuk dan tertidur di sofa.

Asri manatap datar pada Badrut yang tampak tidur pulas akibat obat bius dosis tinggi yang dicampur pada tehnya.

“Kau bahkan tidak bertanya anak-anak ada di mana? anak-anak aku suruh menginap di rumah orang tuaku” Asri berbicara sendiri pada Badrut yang tidur pulas.

Asri lalu menyeret suaminya ke tempat tidur dengan susah payah, membaringkannya, mengalas tempat tidur dengan verlak, menyiapkan pisau yang sudah diasah tajam. Asri membuka celana suaminya, menyuntikkan cairan anastesi pada selangkang suaminya. Menyiram alkohol dengan kesal di area kemaluan suaminya. Lalu dengan perlahan dan hati-hati, Asri memotong kemaluan Badrut, menjahitnya dengan rapih, dan membalut sisanya dengan perban.

Sisa kemaluan yang dipotongnya ditumis dicampur bersama daging sapi untuk sarapan suaminya besok pagi.

-Selesai-

Catatan:

1Skrotum : kantung yang membungkus testis. Terletak diantara penis dan anus.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami