oleh: Kurnia Effendi
Hanya sampai di bandara tangan kita bergenggaman
Semisal bumi ini berisi dua gunung belaka, lembah
tengadah akan membuat kita jauh terpisah
Di udara aku menghimpun ingatan: segala yang
bergelombang di antara hati kita. Frekuensi,
resonansi, longitudinal, transversal. Yang kucari
tentu bukan segelas air mata atau kitab dukalara
Hari maju dan berganti bagimu, namun aku tertinggal
lima jam dari bangun tidurmu. Setelah menjauh
empat belas ribu kilometer, masih kuhidu wangi lehermu
Mungkin itu isyarat agar aku tetap memilikimu
Dari Marienpoelstraat ke Bibliotheek Universiteit Leiden
kulewati Molen de Put dan kafe-kafe terbuka. Kincir angin
itu mengirim suaramu langsung ke relung hati, aroma
kopi membawa kabar bahwa engkau baik-baik saja
Baik-baik saja kumaknai sebagai rindu yang menggenang
sejak pagi hingga petang. Dari masing-masing belanga
kita menyendoknya perlahan. Sungguh perlahan
Jakarta, 2 Juni 2022