Teras Rumah Mbah Tarjo

Yulius Noven Brian Arista

 

Tepat pukul 8 pagi hari, mbah Tarjo sudah bersiap dengan senjata utamanya, yaitu secangkir teh hangat dengan gula secukupnya, mengingat penyakit gula yang diderita hingga membuat mbah Tarjo kesulitan untuk bergerak. Namun hari ini ada yang berbeda, hari ini Mbah Tarjo mempersiapkan teh hangat yang lebih banyak dari biasanya dengan memasukan Teh hangatnya ke dalam termos supaya suhunya tetap terjaga hingga waktu yang lama. 

Di tengah keterbatasan Mbah Tarjo untuk bergerak dengan leluasa, Mbah Tarjo mulai membersihkan ruang tamu yang sudah terlihat kumuh. Mbah Tarjo mengambil sapu dan berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan sisa-sisa sarang laba-laba yang menempel pada sudut ruangan. Bahkan, laba-laba pun tak tahan dengan kesunyian rumah ini.

Mbah Tarjo memang suka melakukan berbagai hal sendiri, meskipun ia tahu bahwa usianya sudah tidak mendukung untuk melakukan banyak hal. Setelah selesai dengan urusannya membersihkan rumah, Mbah Tarjo mandi dan mengenakan pakaian favoritnya. Pakaian pemberian almarhum istrinya. Bagi sebagian orang mungkin pakaian ini memiliki motif jadul yang tidak kekinian, bahannya pun biasa aja sehingga sudah dipastikan bukan pakaian yang mahal. Tapi bagi Mbah Tarjo, pakaian ini mengingatkannya pada kenangan masa lalunya dengan keluarga, kenangan yang mungkin tidak akan terulang kembali. Pakaian ini hanya digunakan Mbah Tarjo saat moment tertentu, moment yang memang ditunggu bagi Mbah Tarjo.

Mbah Tarjo duduk tepat berada di depan cermin yang hanya berukuran 10x10cm, Mbah Tarjo mulai menyisir rambutnya dengan perlahan agar rambutnya yang sudah mulai menipis itu tidak tersangkut di sela-sela sisir. Ketika semuanya siap, Mbah Tarjo tersenyum di depan kaca mengisyaratkan bahwa Mbah Tarjo benar-benar menunggu hari ini tiba. Mbah Tarjo dengan perlahan berjalan menuju ke teras rumah dengan membawa radio tuanya dan tidak lupa teh hangat buatannya.

Mbah Tarjo duduk di bangku kesayangannya yang terletak di teras rumah. Bagaimana kursi ini tidak menjadi kesayangan bagi mbah Tarjo ? kursi ini menjadi satu — satunya teman paling setia dalam menghabiskan masa tuanya.

“Slurrrpppp.. wuahhh!! Mantep tenan“ Teriak mbah Tarjo ketika meminum teh hangat pertamanya di hari ini.

“Ganteng banget e mbah Tarjo ini. Mau cari istri muda mbah?” Sahut tetangga yang sedang berebut sayuran tepat di depan rumah mbah Tarjo.

“Udah, bayar dulu sayurmu itu Ningsih. Kamu beli sayur masih ngutang aja kok crewet nya minta ampun. “ Mendengar hal tersebut, ibu-ibu jadi saling menggerutu.

Ibu-ibu yang semula mengerubungi tukang sayur di depan rumah Mbah Tarjo satu persatu mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Suasana makin sepi, mbah Tarjo mulai menghidupkan radio tuanya sambil mencari — cari sinyal “ Toktoktoktoktok Resi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama..” Cerita wayang memang tepat untuk menghabiskan waktu di tengah suasanya sunyi di pedesaan.

Di tengah angin sepoi-sepoi dengan iringan wayang, Mbah Tarjo mulai mengantuk.

“Hmmmmbrrrrrr” suara dengkuran mbah Tarjo terdengar keras.

Tak terasa sudah jam 12 siang, mbah Tarjo masih saja tertidur. Di tengah tidurnya, musuh bebuyutan dari mbah Tarjo yaitu anak-anak SD yang bergerombol mulai pulang dari sekolah. Bagi anak-anak, tidak ada hal yang menyenangkan dari menggoda mbah Tarjo.

“Woy Tarjo, bangun woy!!” Teriak Aji

“Hahahaha, coba lagi Ji, siapa tau kebangun “ Ucap Bogi yang merasa apa yang dilakukan Aji belum cukup untuk mengganggu Mbah Tarjo dari tidur siangnya.

“Aku punya ide “ Jawab Aji dengan rasa percaya diri bahwa idenya kali ini mampu membangunkan Mbah Tarjo.

Aji yang memang membawa sepeda, akhirnya memutuskan untuk mencari botol minum di tempat sampah. Botol tersebut dimasukkan di antara besi dan roda sepeda, supaya menghasilkan suara.

“Werwerwer “ Suara keras yang berasal dari gesekan botol minum dengan ban sepeda Aji.

Teman-teman Aji mulai tertawa, dan situasi tersebut membuat Aji semakin menggila. Aji sengaja berputar-putar di depan teras rumah agar mbah Tarjo terbangun. Namun, mbah Tarjo tidak terganggu sedikitpun dengan tingkah usil dari Aji dan teman-temannya. Akhirnya Aji menggunakan cara lain. Aji yang pada mulanya menggunakan suara sepeda berhenti tepat di depan teras rumah, meletakkan sepedanya dan mulai mendekatkan diri ke mbah Tarjo sambil berteriak

“Paaaakkkkk!!!! Kebakarannn woyyy!!!!“ Teriak Aji tepat di samping Mbah Tarjo tertidur.

Karena suaranya yang keras, sontak Mbah Tarjo terbangun dari tidurnya sambil melirik ke arah rumah untuk memastikan kebenarannya. Mbah Tarjo yang memang terkenal mudah marah mulai memarahi anak-anak. 

“Dasar kurang ajar!!! Berani-beraninya kalian sama orang tua”

Aji yang tahu bahwa Mbah Tarjo tidak akan dengan mudah berdiri untuk menghampiri Aji malah bernyanyi “ ada mbah dukun yang sedang marah-marah huaaaaa lariii woyyy hahaha!!! “ Semua anak mulai lari dengan histeris. Bukan dengan perasaan takut, tapi merasa senang dapat mengganggu Mbah Tarjo kembali.

Mbah Tarjo merasa kesal karena tidak dapat mengejar anak-anak sialan itu. Kaki Mbah Tarjo memang tidak bisa diandalkan. Jangankan untuk lari, berdiri pun Mbah Tarjo masih kesusahan.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, Mbah Tarjo masuk ke dalam rumah untuk memasak telur goreng dadar dan beberapa sayur. Dengan keterbatasannya, Mbah Tarjo membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyiapkan makanannya. Tapi bagi Mbah Tarjo, ini bukan menjadi masalah.

Selain kursi kesayangannya dan radio tuanya, terkadang ada anak-anak kecil yang menumpang duduk di teras rumah Mbah Tarjo menjadi teman bicara hingga sore hari. Anak-anak biasanya bermain mobile legend, Mbah Tarjo yang sedang menikmati makanannya pun sesekali terheran dengan perilaku anak jaman sekarang. Bagi Mbah Tarjo, anak jaman sekarang tidak punya selera yang bagus dalam mengisi waktu luang di sore hari.

“Kok kalian itu nggak main layangan atau mainan kelereng aja to? apa seru main gituan ?” Mbah Tarjo terheran.

“Ya seru to mbah, ngapain harus capek — capek? mainan HP lebih asik, salah siapa simbah lahir duluan “ Jawab anak-anak 

Di tengah pembicaraan dengan anak-anak, terdengar suara yang sudah sedari pagi mbah Tarjo tunggu, suara yang sudah mbah Tarjo tunggu sejak pagi tadi. Suara itu adalah suara mobil anak Mbah Tarjo satu — satunya, yaitu Satria. Karena mendengar suara mobil tersebut, Mbah Tarjo dengan cepat melirik ke arah jalan masuk gang rumahnya. Ternyata benar, mobil Satria yang datang. Sejak memberi kabar lewat tentangga bahwa Satria akan berangkat pada malam hari di hari sebelumnya, Mbah Tarjo telah memperkirakan bahwa anaknya akan sampai di jam 10 pagi mengingat perjalanan yang jauh dan memakan waktu yang lama.

Satria mulai turun dari mobilnya bersama dengan istri dan seorang anak laki-lakinya diikuti dengan Mbah Tarjo yang mulai bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan anaknya. Mbah Tarjo yang masih merasa kesal atas perbuatan anak-anak bercampur dengan rasa lelahnya menunggu seharian tiba-tiba tersenyum. Senyuman itu sebagai tanda bahwa mbah Tarjo sudah sangat ingin menemui anaknya dan tidak sabar untuk memeluk satria serta menyapa istri dan anaknya. 

“Hallooo pakkk, Apa kabarnya? Maaf pak dari kemarin macet parah makanya Satria baru sampai di rumah sore hari gini. Bapak udah nunggu dari tadi ?“ Tanya Satria yang sedang memeluk erat Mbah Tarjo.

“Nggak, baru aja bapak nunggu kalian di teras, nggak mungkin bapak kuat duduk disini lama-lama. Udah, ayo masuk, kalian pasti capek seharian di dalam mobil duduk terus gitu “Jawab Mbah Tarjo sambil menatap anaknya sambil menyangkal perbuatannya hari ini.

“Hehe iyaa pak, kami bawakan juga makanan kesukaan bapak “ Jawab Satria

Mbah Tarjo masuk ke dalam rumah untuk makan bersama dengan keluarganya. Menu hari ini ayam goreng Soeharti yang tidak lupa dilengkapi dengan teh hangat buatan Mbah Tarjo.

Malam ini, bersama dengan kenangan dan harapan Mbah Tarjo untuk kembali menikmati waktu bersama keluarga telah menjadi kenyataan. Meskipun tanpa istrinya, baju pemberian dari istrinya sudah cukup untuk menggantikan keberadaannya. Meskipun dalam kesepiannya, mbah Tarjo masih ingin merasakan waktu berkumpul bersama keluarganya untuk beberapa tahun ke depan. 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top
× Hubungi kami