puisi

DASAR YANG PALING DALAM BERNAMA KETIADAAN

Oleh: Adnan Guntur suara malam pecah oleh mimpi, ibu memasak asap dari kesedihanku yang melepuh dan mengeluarkan nanah, meski hujan diluar meledak, kita memasang api dari mata sendiri; yang kita mesti cari hanyalah kematian kuketuk geladak mayatku yang memudar, sepanjang penaklukan kedukaan telah membawa pulang sepasang lorong beban benang nasib yang menggumpal; ibu hanyalah ranting …

DASAR YANG PALING DALAM BERNAMA KETIADAAN Read More »

Anak Tetanggaku

Oleh: Dadang Ari Murtono Anak tetanggaku yang berusia lima tahun datang pada suatu sore dengan kertas dan pensil warna. Ia mengira aku pelukis sebab aku gondrong dan bertato, merokok dan mengenakan celana robek-robek. Ia memintaku menggambarnya dan aku menggambar bulatan matahari yang tersenyum. Ia memintaku menggambar istriku dan aku menggambar simbol hati yang sangat besar. …

Anak Tetanggaku Read More »

Opia Pohon Rambut: Raden Ayu Siti Khotijah Pemecutan

Oleh: Faidi Rizal Alief Jika Paman Patih tetap ingin membunuhku,sarungkan kembali keris itu, sebabtubuhku sudah dipagari rajah restu suci: restu suamiPangeran Cakraningrat, restu langit, restu bumi,restu laut, restu batu. Kulit cintaku jadi kebal senjata, Paman. Kebalkecemasan. Kebal penderitaan. Tikamkan saja tusuk konde ini ke dadakuagar kematian menjemputku dan amis penyesalanmelumuri sekujur ingatanmu. Bahkan saat seluruh …

Opia Pohon Rambut: Raden Ayu Siti Khotijah Pemecutan Read More »

RITUAL RUWAT PEKARANGAN

Karya: A. Warits Rovi di punggung tanah pekarangan, kutabur iris pandan dan kembang harum menakik iga waktu, jauh merimba ke hutan rambutmu mengurai struktur suhu—antara kandil bisu dan ornamen masa lalu petaka pecah di lingkar cincin emas yang ditanam di dubur batu umpak retas lindas tulang bala ditindih tempayan di lambungnya yang berisi air kembang—telah …

RITUAL RUWAT PEKARANGAN Read More »

Seberkas Polaroid

oleh: I. R. Zamzami seutas cahaya tumpah di pundak gedung— berkali-kali ia takjub dan gugup—tiap kali ada yang meletup dari jauh ia mendengar jerit tetangganya—dijarahi batu&peluru—bocor&berdarah—tetapi ia tak mengerti mengapa itu darah ia hanya mengerti—kakek-neneknya mati setelah seorang laskar melukisnya dengan senjata dan terlampir duka di hari setelahnya ia menyalahkan kota—dan merutuki Tuhan sejadi-jadinya—bajunya koyak-moyak&kulitnya …

Seberkas Polaroid Read More »

Perangai dan Tikai

Oleh: Putri M. A. Erline Pada kertas beringsut putih sejarah mengabarkan tata cara cawan emas menurunkan tahta ke meja-meja kayu atau tikar sederhana. Kepul asap membawa pulang hasil tambang, buah dan ikan. Kini, deru mengubur asap. Peron-peron berubah warna mencangking sisa-sisa keringat yang dibawa kepikunan. Dulu, kau tak akan lihat bagaimana hati membiru saat sinyal …

Perangai dan Tikai Read More »

Ziarah Syahwat

Oleh: Ian Hasan aku ziarahi syahwatku dalam puasa yang dibasahi puisi lapar dahaga adalah ombak pertama yang kubiarkan menghanyutkanku ke tengah samudera aku lantas berkaca pada air mata sendiri yang sebelumnya kering dipanggang hari-hari betapa kini puasaku masih rentan terhapus oleh tabungan dendam, iri, dan rakus sedang ramadanku adalah ajang perlombaan berebut perbedaan, persaingan, dan …

Ziarah Syahwat Read More »

Perempuan di Tengah Bulan

Oleh: Ilham Nuryadi Akbar sementara malam masih memilin-milin dingin seorang perempuan terus menangis sampai mampus menyumpahi angin yang mencambuk-cambuk tubuhnya terisi penuh oleh lengang paling sempurna bahkan di tengah bulan yang belum padam dengan penuh sesenggukan ia beringsut untuk menekuri kaki langit meraba-raba tempat yang paling ia ingat entah itu sehasta, sedepa, sekilan atau sedekat …

Perempuan di Tengah Bulan Read More »

Kuncen

Oleh: Nur Cholish Majid Di Sungai Mahakam, kaumelarutkan kesialan dari debur ombak yang bisikkan bala Sekencang embusan angin yang surutkan perahu untuk berlayar Di belakang rumah rakit, di sana anek tinggal Kekal dalam pelukan sungai, tempatnya dulu mencari penghidupan Prasastikan tulah bagi setiap pencemaran Kau lelaki yang menyimpan tutur akrab dengan senyuman hangat Kautebarkan bersama …

Kuncen Read More »

Aforisme

Oleh: Raihan Robby Pinta pulangmalaikat mautMu yang menungguikudi ambang pintu beri aku kembalisetarik napas untuk menulispuisi, sebab hidup terlalupanjang sedang kata-katatak cukup merangkum segalanya.beri aku jentikan tanganMuseperti ruh menyelusup dalamlahir bayi mendengar tangisdan tawa dunia beri akudegup jantungMu waktu yangtak dapat ditiru setiup napasMumengembun puisi kelak kukenakanjadi perisai dan sayap patah menjemput mautMutapi, sebelum itu …

Aforisme Read More »

Scroll to Top
× Hubungi kami